A. PENGERTIAN KELOMPOK SOSIAL
Kelompok sosial menurut Roland L. Warren berpendapat bahwa satu kelompok meliputi sejumlah manusia yang berinteraksi dan memiliki pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya secara keseluruhan.[1]
Kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, antaranggotanya saling berhubungan, saling mempengaruhi dan memiliki kesadaran untuk saling menolong. Menurut Bierens de Haan kelompok sosial adalah bukan merupakan jumlah anggotanya saja, melainkan suatu kenyataan yang ditentukan oleh datang dan pergi anggota-anggotanya. Kenyataan kelompok ditentukan oleh nilai-nilai yang dihadapi bersama oleh fungsi kelompok sebagaimana disadari oleh anggotanya.[2] Kelompok sosial (social group) yaitu pengumpulan manusia yang teratur. Proses terbentuknya social group dimulai dari adanya kelompok yang paling kecil, yaitu keluarga, pembentuka kelompok sosial it uterus berlangsung dari keluarga terbentuklah klan, kemudian kelompok-kelompok dari suatu suku bangsa.[3] Rabbie dan Horwitz (1988, p. 117) menyatakan bahwa sebuah “kelompok sosial dapat dianggap sebagai keseluruhan dinamis atau system sosial, ditandai dengan saling ketergantungan yang dirasakan antara para anggotanya, sedangkan kategori sosial dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang saling berbagi yang memiliki satu atribut yang sama.[4]
B. TIPE-TIPE KELOMPOK SOSIAL
Kelompok sosial dapat di identifikasikan menjadi dua, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer adalah sebuah kelompok kecil yang anggotanya berbagi secara personal dan hubungannya abadi. Saling berhubungan melalui hubungan pribadi, anggota kelompok primer menghabiskan banyak waktu bersama-sama, terlibat dalam berbagai kegiatan, dan cenderung saling mengenal dengan baik. Anggota kelompok utama menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan anggotanya masing-masing. Kelompok sekunder, di lain sisi, adalah kelompok besar dan cenderung lebih impersonal dan formal. Partisipasi didalam kelompok bisa hanya bersifat sementara dan sporadic. Kelompok-kelompok besar cenderung memiliki tujuan khusus yang fungsi berorientasinya didukung oleh komunikasi formal. Anggota-anggota dari kelompok besar tidaklah mengenal anggota lainnya dengan baik dan ketertarikan mereka kepada anggota lainnya tidak mungkin melebihi dari urusan kelompok.[5] Prentice, Miller, dan Lightdale (1994) menyelidiki kelompok ikatan umum, dan kelompok identitas umum. Kelompok ikatan umum, sebagian besar didasarkan pada kasih sayang antara anggota-anggota kelompok. Di dalam kelompok ikatan umum, kasih sayang kepada kelompok didasari pada anggota tersebut. Kelompok identitas umum, di sisi lain, didasarkan terutama pada kasih sayang pada identitas kelompok. Sebagai contoh untuk kelompok identitas umum adalah lebih melekat pada odentitas kelompok dari pada kepada masing-masing anggota kelompok.[6]
[1] Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi: Untuk SMA dan MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm 138.
[2] Bagja Waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (Bandung: Setia Purna, 2007), hlm 87.
[3] Janu Murdiyatmoko, Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat, Grafindo Media Pratama, hlm 75.
[4] W. Peter Robinson, Social Groups & Identities: Developing the Legacy of Henri Tajfel, (Great Britain: Oxford OX2 *DP, 1996), hlm 28.
[5] Richard K. Thomas, Society and Health: Sosiology for Health Professionals, (New York: Plenum Publishers, 2003, hlm 104.
[6] Martha L. Cottam, Beth Dietz-Uhler, Elena Mastors, Thomas Preston, Introduction to Political Psychology, (New York: Psychology Press, 2010), hlm 66.
0 komentar:
Post a Comment