Teori Institusionalisme dan Strukturalisme

Salah satu cara bagi memahami pendekatan Strukturalisme dengan cara memahami konsep ‘Struktur’. Tanpa memahami konsep asas asas, ia akan menyukarkan untuk memahami pergerakan intelektual yang dirujuk sebagai intelektual secara tradisonalnya.
Secara tradisionalnya, wujud masalah memahami sesuatu benda secara nyata. Perkataan ini merujuk satu situasi seperti bangunan, dimana ia wujud secara fizikal. Dengan kata lain, Struktur didalam struktural adalah sesuatu benda yang tidak nyata atau bersifat fizikal. Struktur merujuk kepada model pemikiran yang terbina sekepas ia menjadi realiti. Model ini tidak bersifat keterlaluan tetapi menuntut pemahaman yang tersembunyi atau secara lebih mendalam tentang sesuatu permasalahan. Merujuk kepada pendekatan strukturalisme membantu memahami atau memudahkan sesorang memahami sesutu pekara dengan lebih jelas atau strukturalis.

Aspek yang paling sukar berkaitan strukturalisme ia tidak berlandaskan situasi yang konkit atau situasi fizikal seperti secara biologi atau sains., tetapi berlandaskan realiti budaya sebagai organisasi yang berkaitan atau cerita. Realiti budaya dapat mejelaskan sesuatu pemikiran secara struktur. Model strukural oleh strukturalis hanya wujud dalam pemikiran manusia tetapi bukan secara semulajadi.contoh aliran Marxis. Terdapat banyak Strukturalis seperti Ferdinand de Saussure, Roland Barthes, Michel Foucault, Jacques Lacan dan Lévi-Strauss. Terdapat berbagai kemungkinan yang menuntut kepentingan sosial dan atau teori psikologi dan sifat – sifat kebiasaan sains trukturalis membina model psikologikal otau realiti sosial.Lebih tepat lagi seperti yang dilakukan oleh Sigmmund Freud dan Karl Marx. Kesemuanya terdapat perbezaan yang boleh dipanggil permukaan ( kesedaran, superstruktur) struktur dan dalam ( bawah kesedaran, infrastruktur) struktur. Dakwaan strukturalis untuk memahami struktur permukaan satu cara pemahaman struktur dalaman, dan bagaimana ia mempengaruhi struktur permukaan. Lebih tepat, semua Srukturalis lebih mengetahui tentang pengaruh Lévi-Strauss. Strukturalisme , bagaimanapun tidak seragam sekolah atau metodologi. Lévi-Strauss tidak memonopoli pendidikan struktural di dalam antropologi atau displin yang lain.

1. Strukturalisme

Strukturalisme adalah suatu paham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu unsur yang sama dan tetap. Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan oleh para ahli humaniora. Struktualisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu yang lain-lain.

A. Tujuan strukturalisme

Tujuan Strukturalisme adalah mencari struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau dan beraneka ragam di permukaan secara ilmiah (obyektif, ketat dan berjarak). Ciri-ciri itu dapat dilihat strukturnya:

Ø Bahwa yang tidak beraturan hanya dipermukaan, namun sesungguhnya di balik itu terdapat sebuah mekanisme generatif yang kurang lebih konstan.

Ø Mekanisme itu selain bersifat konstan, juga terpola dan terpola dan terorganisasi, terdapat blok-blok unsur yang dikombinasikan dan dipakai untuk menjelaskan yang dipermukaan.

Ø Para peneliti menganggap obyektif, yaitu bisa menjaga jarak terhadap yang sebenarnya dalam penelitian mereka.

Ø Pendekatan dengan memakai sifat bahasa, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur yang bersesuaian untuk menyampaikan pesan. Seperti bahasa yang selalu terdapat unsur-unsur mikro untuk menandainya, salah satunya adalah bunyi atau cara pengucapan.

Ø Strukturalisme dianggap melampaui humanisme karena cenderung mengurangi, mengabaikan bahkan menegasi peran subjek.

Ciri-ciri strukturalisme

Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual onjek melalui penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melalui pendidikan. Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal;

Ø Hierarki

Ø Komponen atau unsur-unsur

Ø Terdapat metode

Ø Model teoritis yang jelas dan distingsi yang jelas

Para ahli strukturalisme menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang mereka anggap terlalu individualistis dan kurang ilmiah. Salah satu yang terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang menentang fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia. Pounty menekankan bahwa hal yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-objek fisik yang masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan unik dalam ruang dan waktu.

C. Tokoh-tokoh dan sumbangan bidang strukturalisme

Ø Ferdinand De Saussure dalam linguistik. Sebagai penemu stuktur bahasa, Saussure berargumen dengan melawan para sejarawan yang menang yang pendekatan filologi. Dia mengajukan pendekatan ilmiah yang didekati dari sistem terdiri dari elemen dan peraturannya dalam pembuatannya yang bertujuan menolong komunikasi dalam masyarakat. Dipengaruhi oleh Emile Durkheim dalam sebuah social fact, yang berdasar pada objektivitas di mana psikologi dan tatanan sosial dipertimbangkan. Saussure memandang bahasa sebagai gudang (lumbung) dari tanda tanda diskusif yang dibagikan oleh sebuah komunitas Bahasa bagi Saussure adalah modal interpretasi utama dunia, dan menuntut suatu ilmu yang disebut semiologi.

Ø Levi-strauss dalam masyarakat. Metode Strauss adalah anthropologi dan linguistik secara serempak. Unsur-unsur yang digelutinya adalah mengenai mitos, adat-istiadat, dan masyarakatnya sendiri. Dalam proses analisisnya, manusia kemudian dipandang sebagai suatu porsi dari struktur, yang tidak dikonstitusikan oleh analisis itu, melainkan dilarutkan dengan analisis. Perubahan penekanan dari manusia ke struktur merupakan ciri umum pemikiran strukturalis.

Ø L.S Vygostsky, jacques lacan dan jean piaget dalam psikologi. Jacques Lacan (Freudian) dalam psikologi menggambarkan pekerjaan Saussure dan Levi-Strauss untuk menekankan pendapat Sigmund Freud dengan bahasa dan argumen yang, sebagai sebuah tatanan kode, bahasa dapat mengungkapkan ketidaksadaran orang itu. Hal ini masalah, bahwa bahasa selalu bergerak dan dinamis, termasuk metafora, metonomi, kondensasi serta pergeserannya. Jean Piaget sendiri menggambarkan Strukturalismenya sebagai sebuah struktur yang terpadu, yaitu yang unsur-unsurnya adalah anggota dari sistem di luar struktur itu sendiri. Sistem itu ditangkap melalui kognisi anggota masyarakat sebagai kesadaran kolektif.

Ø Frege, Hillbert dalam meta-logika meta-mtematika

Ø Roland Berthes menerapkan analis strukturalis pada kritik sastra dengan menganggap berbagai macam ekspresi atau analisis bahasa sebagai bahasa yang berbeda-beda. Tugas kritik sastra adalah terjemahan, yaitu mengekspresikan sistem formal yang telah dibentangkan penulisnya dengan suatu bahasa. Hal ini terkait dengan kondisi zamanya

Ø Michel foucault dalam filsafat

Strukturalisme modern atau poststrukturalisme dalam bidang filsafat adalah dengan mendekati subjektivitas dari generasi dalam berbagai wacana epistemik dari tiruan maupun pengungkapannya. Sebagaimana peran isntitusional dari pengetahuan dan kekausaan dalam produksi dan pelestarian disiplin tertentu dalam lingkungan dan ranah sosial juga berlaku pendekatan itu. Dalam disiplin ini, Focault menyarankan, di dalam perubahan teori dan praktek dari kegilaan, kriminalitas, hukum, sexsualitas, kumpulan catatan itu dapat menormalisasi setiap individu dalam pengertian mereka.

Ø Guenther dalam kekristenan. Strukturalisme terkait kekristenan dalam atemporal sturkturalisme sebenarnya cocok dengan penekanan eternalistik kekristenan

Masa strukturalisme

Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di eropa khususnya di perancis. Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan.

2. Institusionalisme

Latar belakang institusionalisme

Di Amerika Serikat muncul reaksi terhadap pola dasar pemikiran ekonomi klasik dan neo klasik. Dalam hal ini pakar AS yang paling menonjol adalah Thorstein Veblen . Veblen memiliki jalan pikirannya sendiri yang berbeda dengan ekonom pada zamannya.

Pengertian institusionalisme

Institusionalisme adalah perilaku manusia di bidang ekonomi dipengaruhi oleh iklim keadaan sekitar dalam zaman tertentu . Iklim keadaan itulah yang mempengaruhi kompleks citarasa dan pikiran , naluri dan nalar, persepsi dan perspektif permasalahan ekonomi.

paham institusionalisme atau kelembagaan; berusaha mewujudkan pemecahan-pemecahan universal dengan menerjemahkan cita-cita libertarian ke dalam pemerintahan perwakilan. Bagi para penganut paham kelembagaan, teori-teori politik libertarian timbul dari sejarah sebagai tujuan moral yang akan dimantapkan di dalam praktik politik. Inilah tradisi yang dibangun Plato, dan juga yang diwakili Karl Marx. Kebanyakan pengikut paham kelembagaan, yang mengikuti tradisi Pencerahan, ia menolak pemecahan-pemecahan tuntas seperti ini. Bagi mereka politik adalah “terbuka”. Konflik diubah menjadi persaingan damai melalui badan-badan perwakilan dalam pemerintahan.

Ide-ide generatif utama yang diikuti oleh para penganut paham
kelembagaan Kekuasaan adalah kekuatan yang dapat dipakai dan dikendalikan.

paham institusionalisme atau kelembagaan; berusaha mewujudkan pemecahan-pemecahan universal dengan menerjemahkan cita-cita libertarian ke dalam pemerintahan perwakilan. Bagi para penganut paham kelembagaan, teori-teori politik libertarian timbul dari sejarah sebagai tujuan moral yang akan dimantapkan di dalam praktik politik. Inilah tradisi yang dibangun Plato, dan juga yang diwakili Karl Marx. Kebanyakan pengikut paham kelembagaan, yang mengikuti tradisi Pencerahan, ia menolak pemecahanpemecahan tuntas seperti ini. Bagi mereka politik adalah “terbuka”. Konflik diubah menjadi persaingan damai melalui badan-badan perwakilan dalat pemerintahan (Popper, 1945).
Ide-ide generatif utama yang diikuti oleh para penganut paham kelembagaan ini,memberi Kekuasaan adalah kekuatan yang dapat dipakai dan dikendalikan. Persoalan besar sejarah adalah mengubah kekuasaan mutlak untuk dapat diubah kearah demokrasi. Kekuasaan merupakan dasar politik. Dalam demokrasi, pemakaiannya harus sesuai dengan patokan-patokan kewajaran atau keadilan. Hal ini selanjutnya tercermin dalam hukum. Hukum menciptakan wewenang dan memungkinkan perwakilan menjadi sarana pembuatan hukum. Selanjutnya jika perwakilan didasarkan persamaan, maka ia akan mendorong kebebasan dan demokrasi itu sendiri. Demokrasi adalah sistem sistem yang menjamin kebebasan. Kebebasan-kebebasan ini diabadikan dalam hak-hak, yang
diungkapkan, yang diungkapkan secara politik dalam perwakilan. Dalam demokrasi melalui kedaulatan rakyat, hak menimbulkan wewenang, suatu wewenang yang didukung oleh hukum. Hasilnya adalah sebuah sistem ketertiban yang menjadi landasan yang memungkinkan dijalankannya kekuasaan serta ditetapkannya asas-asas kewajaran atau keadilan. Selanjutnya lembaga-lebaga pemerintahan ini terbagi dalam tiga wewenang yang merupakan perhatian utama kaum institusionalis, yaitu:

1.Pertama

Badan legislatif; Badan ini merupakan pengawas terpenting terhadap kekuasaan yang nyata maupun potensial. Badan ini terdiri atas wakil-wakil rakyat. Semua pemberlakuan hukum harus disetujui oleh badan legislatif ini, namun sangat sedikit kebijaksanaan barasal langsung dari inisiatifnya (Apter, 1996: 145). Fraksi-fraksi, kelompok-kelompok kepentingan, dan koalisi-koalisi partai politik
campur tangan dalam pemberlakuan kebijaksanaan-kebijaksanaan penting. Badan legislatif jarang mengusulkan rancangan undang-undang khusus, sekalipun ada krisis dalam jumlah suara. Tetapi mereka meninjau, mengkritik, mengusulkan perubahan, memperbaiki dan sering menolak rancangan undang-undang.
2.Kedua

Adalah badan eksekutif. Badan eksekutif pemerintah ini
bertanggungjawab sesuai dengan makna yang terkandung dalam namanya, yaitu melaksanakan keinginan-keinginan rakyat. Dalam sistem demokrasi, eksekutifkut ini. bertindak atas nama rakyat. Semakin banyak mendapat dukungan yang diperoleh eksekutif dari rakyat, semakin efektif tindakan-tindakannya, dan begitu sebaliknya. Tetapi seorang eksekutif yang demokratis sangat berbeda dengan seorang jenderal atau presiden perusahaan bisnis. Eksekutif harus memimpin, tetapi harus tanggap juga terhadap rakyat. Sebab publik secara kontradiktif mengharapkan agar eksekutif: (1) mengambil inisiatif, (2) tidak melakukan sesuatu tanpa berkonsultasi dengan publik. Namun demikian eksekutif yang kuat akan selalu dituduh berkecenderungan menjadi diktator, dan sebaliknya eksekutif yang lemah senantiasa akan diejek karena kurang mengambil inisiatif (Apter,1996: 148).

3.Ketiga

Adalah badan yudikatif. Pemerintahan maemang rumit. Dengan adanya yurisdiksi-yurisdiksi kekuasaan yang dibatasi konstitusi dalam hala mana mereka harus saling berhubungan dalam urusan pembuatan kebijaksanaan, selalu ada kemungkinan terjadinya pelanggaran konstitusi. Jika demikian halnya
diperlukan adanya pengadilan tinggi yang berfungsi sebagai wasit agung untuk masalah-masalah penafsiran konstitusional. Pengadilan tinggi semacam itu mewakili asas mengenai lembaga yudikatif agung yang independen.

Pendapat tokoh

Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.

Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.

Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.

Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.

Veblen menolak garis pemikiran kalsik dan neo klasik . Veblen membantah teori klasik yang berpandangan bahwa kaehidupan manusia lebih diatur oleh hukum alam, dan teori neoklasik yang menyatakan bahwa manusia dalam kegiatan ekonominya terdorong oleh hasrat untuk mengejar faedah secara maksimal. Hal ini menurut Veblen manusia direndahkan menjadi manusia ekonomi belaka(homo economicus) yang terdorong motivasi hidup yang dikenal dengan hedonisme.

Veblen beranggapan bahwa perilaku manusia di bidang ekonomi dipengaruhi oleh iklim keadaan sekitar dalam zaman tertentu . Iklim keadaan itulah yang mempengaruhi kompleks citarasa dan pikiran , naluri dan nalar, persepsi dan perspektif permasalhan ekonomi.

The Theory of Leisure Class

Fenomena yang diamati oleh Veblen adalah kaum entrepreneur kapitalis yang dijuluki sebagai railroad barons yang memiliki kepentingan dalam industri baja dan pertambangan batu bara . pengelolaan dan usaha di serahkan kepada tenaga ahli professional . Fenomena ini disebut Veblen sebagai absentee ownership . Bersumber dari absentee ownership tumbuh masyarakat yang disebut leisure class

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penulis menggunakan pendekatan institusionalisme tradisional dalam membahas isu kebijakan publik. Pendekatan institusionalisme tradisional lebih melihat kehidupan politik suatu negara dari sudut pandang kelembagaan. Sedangkan proses-proses yang terjadi di dalamnya bukan menjadi fokus utama. Pendekatan ini mengesampingkan teori, melihat fakta sebagai sesuatu hal yang diterima secara benar, dan menyebar seperti common sense di dalam ilmu politik. Metodologi yang digunakan yaitu pengamatan untuk mendeskripsikan dan memahami dunia politik di sekitarnya dalam pengertian non-abstrak (nyata). Kelemahan dari pendekatan ini adalah keterbatasan cakupan (scope) dan metode yang dipergunakan. Pendekatan ini menekankan pada institusi pemerintah. Fokusnya berkisar pada aturan formal dan organisasi daripada kebiasaan informal, serta berkisar pada struktur formal government.

Buku kedua adalah Analisis Kebijakan yang ditulis oleh Rian Nugroho. Di buku ini, penulis memberikan ‘jembatan’ untuk membangun Indonesia menjadi negara dengan kebijakan-kebijakan publik yang unggul. Aliran pemikiran dalam bidang kebijakan publik dipaparkan dengan tajam dan dengan kemampuan untuk menangkap esensi dari berbagai pendekatan dengan cukup jernih. Penulis memaparkannya dalam 12 bab berdasarkan perbandingan Analisis Kebijakan versi Dunn sampai Jenkins Smith dengan Analisis Kebijakan sebagai Praktik.

Kebijakan yang dirancang untuk publik, tidak bisa diceraikan dari unsur pengaruh kekuasaan. Dalam sejarahnya, kebijakan publik adalah ‘domain’ yang dikuasai para ahli. Tepatnya, para ahli yang berkompeten sebagai teknokrat atau birokrat dan dipahami sebagai agen sosial yang merancang kebijaksanaan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Di sisi lain, konsekuensinya adalah keharusan untuk secara sadar selalu mempertanyakan kepentingan macam apa yang mempengaruhi kebijakan publik. Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan.

Keunggulan negara bangsa ditentukan seberapa unggul kebijakan-kebijakan publiknya. Kesulitan negara Indonesia menjadi negara yang unggul dalam persaingan global adalah karena negara ini tidak mempunyai cukup kebijakan-kebijakan publik yang unggul. Kebijakan publik yang dikembangkan justru menorpedo kebijakan publik. Pelaku atau aktor analisis kebijakan tidak selalu seorang profesional analis kebijakan. Menurut penulis, bisa saja tukang bisik atau politisi inner circle atau bahkan si penguasa politik itu sendiri. Yang juga menarik dalam buku ini adalah panduan bagi analis kebijakan soal pembobotan akuntabilitasnya. Publik tidak hanya jadi obyek kebijakan, namun juga subyek yang ikut menentukan kebijakan tidak sekadar arah kebijakan.

Berbeda dengan pendekatan yang digunakan dalam buku pertama, buku ini menggunakan pendekatan new institusionalisme. Perbedaan yang terjadi adalah mulai bergesernya fokus kajian tentang konsepsi institusi. Berubahnya fokus kajian dalam menjelaskan institusi menjadi ciri yang mendasar yang membedakannya dengan pendekatan tradisional institusional. Dalam hal ini, perubahan fokus kajian dari fokus pada organisasi menjadi berfokus pada aturan-aturan (From a focus on organization to a focus on rules). Selain itu, kajian tidak hanya terfokus pada studi tentang konstitusi & praktek politik formal, namun juga mulai memasukkan jaringan organisasi informal

KESIMPULAN

Ø Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.

Ø Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.

Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberi informasi mengenai teori institusionalisme dan strukturalisme, sehingga masyarakat menjadi tahu sebagai orang yang awam untuk mengetahui seperti apa toeri strukturalisme dan institusionalisme yang menjadi dasar negara demokrasi. Apabila penulis makalah dalam pembuatan makalah ini,kami mengakui masih banyak kekurangan,untuk itu,kami harap dimaklumi.

Daftar pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Strukturalisme
http://wajirannet.blogspot.com/2008/01/strukturalisme-levi-strauss.html
http://www.unjabisnis.net/2011/02/mazhab-institusionalisme.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2124696-faham-institusionalisme-sebagai-madzab-politik/#ixzz1bxrS6rSH
Share on Google Plus

About CeritakanSaja

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar:

Dompetqq Judi Online Blogger said...

Aliran sejarah di kembangkan di daratan Amerika Serikat pada tahun 20-an muncul aliran pemikiran ekonomi lain yang disebut aliran “institusional”. Ada sedikit persamaan antara aliran institusional dengan aliran sejarah, sebab keduanya sama-sama menolak metode klasik. Akan tetapi dasar falsafah dan kesimpulan kesimpulan politik kedua aliran tersebut berbeda. Aliran institusional menolak ide eksperimen sebagaimana yang di anut oleh aliran sejarah. Begitu juga pusat perhatian aliran institusional terhadap masalah-masalah ekonomi dalam kehidupan masyarakat juga berbeda Institusionalisme Sejarah Judi